Keesokan harinya.
“Selamat pagi, Aki-chan!” sapa Kuro-senpai
saat aku memasuki gedung sekolah. Ternyata dia sudah menungguku bersama Kagami-senpai.
‘Apanya yang –chan? Tak kusangka dia akan
memanggil seorang gadis dengan panggilan seperti itu,’ pikir Kagami-senpai.
“Selamat pagi, senpai!” balasku.
“Ada yang ingin kami bicarakan, bisakah
kau ikut kami sebentar?” ajaknya. (Kagami : dia tak memperkenalkan aku -.-)
“Baiklah,”
Aku mengikutinya ke lapangan basket dan
disana sudah berkumpul anggota inti tahun lalu bersama dengan sang pelatih.
“Ini pelatih kami, Aida Riko!” kata
Kuro-senpai memperkenalkan.
“Salam kenal,” sapa Riko-senpai.
“Kapten, Hyuga Junpei! Kiyoshi Teppei dan
Izuki Shun!”
“Yoo!!” sapa ketiganya bersamaan.
“Dan dia satu kelas denganku, Kagami
Taiga!”
“Y-yoo!!” Kagami-senpai tergagap.
“Perkenalkan, 1-B Akiya!” kataku sambil
membungkukkan badan.
‘Jadi, benar-benar dia yang membuat aura
ini. Dia pasti bukan gadis biasa,’ pikir Hyuga.
“Jadi, ada apa aku dipanggil kesini?”
tanyaku.
“Kami ingin mengajakmu bergabung dengan
klub basket sebagai seorang manajer,” kata Riko tanpa basa-basi.
Aku menghela nafas. “Terima kasih atas
tawarannya, tapi maaf karna aku harus menolak ajakan itu.”
“Boleh kami tahu apa alasanmu menolak
tawaran kami?” tanya kapten.
“Karna aku membenci basket,”
jawabku. “Senpai sendiri juga sudah tahu, bukan?” tanyaku pada Kuro-senpai.
“Kuroko, kenapa kau tak mengatakan hal
penting itu?” tanya Kagami-senpai dengan tatapan tajam.
“Aku lupa,”
“Jangan memberi alasan menyebalkan itu!!”
seru Kagami.
“Basket membuatku jauh dari kakakku,”
kataku. “Tapi, terima kasih sudah mengalahkannya, dengan begitu dia akan belajar
yang namanya kekalahan.”
“Mengalahkannya? Kakakmu? Siapa yang kau
maksud?” tanya Kiyoshi.
“Kalian mengalahkannya tahun lalu dan
menjadi juara Winter Cup, kan? Kapten Rakuzan, Akashi Seijurou.”
“Ohh…” Mereka
manggut-manggut. “APAAAAA??!!” teriak hampir semua orang yang ada disana.
“AKASHI ADALAH KAKAKMU?”
“APA?? AKASHI SI MONSTER ITU?!!” teriak
Hyuga-senpai.
“Memanggilnya monster itu sedikit
kejam. Dia hanya manusia biasa, dia juga punya kelemahan. Senpai-tachi pun juga
pasti sudah tahu,” timpalku.
“KUROKO, aku akan membunuhmu karna tak
mengatakan hal sepenting ini!!”
“Apa aku belum mengatakannya?” tanya
Kuro-senpai polos.
“BELUUM!!” jawab mereka bersamaan.
‘Pantas saja, aura Kiseki no Sedai
melekat padanya. Tak hanya tatapannya yang mirip dengan Akashi, tapi cara
bicara dan ketenangannya benar-benar sama dengannya. Sial, kenapa aku sama
sekali tak menyadarinya!’ pikir Kagami-senpai.
Mereka jadi sangat ribut, aku jadi tak
tahu apa yang mereka katakan.
“Kalau begitu, kenapa kau masuk ke Seirin
dan bukan Rakuzan?” tanya Riko-senpai.
“Aku membenci kakakku, aku tak ingin
bersekolah di tempat yang sama dengannya,” tukasku. “Aku ingin masuk ke sekolah
yang ada salah satu orang yang kukenal.”
“Kau mengenal anggota Kiseki no Sedai,
kan? Kenapa kau tak masuk ke sekolah yang lain?” tanya Izuki.
“Di Yosen ada Mura-senpai, aku tak suka
dengannya karna dia terlalu banyak makan dan pelit padaku. Kaijou ada
Kise-senpai, tapi dia selalu menggodaku, aku tak ingin dia di dekatku. Touou ada
Ao-senpai dan Momo-senpai, benar Momo-senpai baik padaku, tapi Ao-senpai sangat
dingin dan tak pernah mau bicara denganku. Dan Mido-senpai di Shutoku, aku tak
suka sikapnya yang freak itu.”
“Ahh, dia benar-benar kenal semua anggota
Kiseki no Sedai,” gumam Izuki-senpai.
Tiba-tiba…
“Yoo, adikku!!” seru seseorang dari
belakangku.
Tepat di depan pintu masuk berdiri lima
orang anggota Kiseki no Sedai. Dan seketika itu juga, seluruh lapangan penuh
dengan siswa yang menyadari kedatangan mereka.
“Tak bisakah kau datang dengan biasa
saja, tanpa membawa keramaian ini?” tanyaku.
“Begitukah caramu menjawab salam?” tanya kakakku.
‘Kenapa keadaannya jadi setegang ini? Apa
karna kemunculan semua anggota Kiseki no Sedai? Tapi jika diperhatikan, reuni
ini sangatlah konyol. Terlebih lagi, disini.’
“Tak mungkin kau datang hanya untuk
mengucapkan salam, Nii-chan!” tukasku.
“Lama tak bertemu, Aki-chan,” sapa
Ao-senpai. “Kau tumbuh dengan baik.”
“Kau jadi lebih kawaii, Akicchi!” seru
Kise-senpai.
“Kau belum berubah, Akiya,” kata
Mido-senpai.
“Kau tak membawakanku oleh-oleh,
Aki-chin?” tanyaMura-senpai dengan malas.
“Maaf, Mura-senpai. Aku tak tahu kalau
kalian akan datang kemari, jadi aku tidak membawa oleh-olehnya sekarang,”
kataku.
“Tapi, kembali tanpa memberitahu kakakmu ini
sangatlah tidak sopan, adikku,” kata Sei-nii. “Terlebih lagi, aku tak suka
keputusanmu masuk sekolah ini.”
“Maa, aku senang selama kau membenci apa
yang kulakukan,” timpalku dengan senyum seringai yang sering kali diperlihatkan
Nii-chan.
‘Dia benar-benar mirip dengan Akashi,
menakutkan,’ pikir Hyuga.
“Tapi, bagaimana mereka bisa ada disini?”
tanya Kiyoshi.
“Kemarin malam, Momoi-san menelponku dan
aku menceritakan padanya kalau Akashi Akiya sudah kembali dari London dan
berada di Seirin,” jawab Kuroko.
“Jadi, ini semua perbuatanmu kurang
ajar?!!!” seru Hyuga.
“Lalu, kenapa mereka semua berada disini
bersamaan? Terlebih lagi, hanya untuk menemui seorang gadis,” tanya Izuki.
“Dia lah yang memilih kelima anggota
Kiseki no Sedai dalam tim inti,”
“Bukan Akashi yang menentukan tim inti?”
tanya Kagami.
“Akashi-kun hanya melakukan pertimbangan
dengan keputusan yang dibuat Aki-chan. Dia yang mengajakku untuk bertemu dengan
Akashi-kun dan mengatakan kalau aku bisa bermain di tim inti. Aomine-kun,
Murasakibara-kun, Midorima-kun dan Momoi-san juga diperkenalkan pada Akashi-kun
dengan cara yang sama. Kise-kun tidak bermain basket saat kelas satu, tapi
Aki-chan pernah sekali mengajaknya dan dia menolak,”
“Jadi, dia lah yang sebenarnya telah
membentuk Kiseki no Sedai?” tanya Hyuga.
“Benar,”
‘Jadi, sejenius apa bocah ini? Dan
sepertinya, mereka jauh-jauh datang kemari untuk membujuknya masuk ke dalam tim
mereka. Gawat, mata mereka benar-benar tak mau lepas darinya,’ pikir Kagami.
“Dengan adanya Aki-chan, sebuah tim akan
meningkat 50% dari keadaan semula. Dia seperti suplemen, yang memberi kita
energi lebih. Dia seperti drug, yang
bisa mengolak emosi dan mental. Dia seperti obat penenang, yang bisa
menjernihkan pikiran orang lain. Dia adalah ahli strategi dalam segala situasi dan
juga baru-baru ini aku menyadari bahwa dia sudah belajar ilmu kedokteran.”
“Heh??!! Adakah manusia yang seperti
itu?!” seru Riko. “Kalau memang benar begitu, maka dia akan menjadi perebutan
banyak tim, terlebih lagi para anggota Kiseki no Sedai sudah mengetahui tentang
ini.”
“Mereka tak segan mengurus kepindahannya
jika dirasa Akiya ingin bersama mereka. Kesempatan kita untuk mendapatkannya
sama dengan yang lain,” kata Izuki.
‘Oe oe, yang benar saja! Bocah ini bisa
membuat seluruh Kiseki no Sedai ingin merekrutnya?! Jangan bercanda!! Sehebat
itu, kah?’ pikir Kagami.
“Kagami-kun, ada apa?” tanya Kuroko.
“Tumben kau tak banyak bicara.”
“Ahh… tidak ada,”
“A~ki-chyan!!! Lama tak bertemu!!” teriak
Momo-senpai yang langsung berlari memelukku. “Kau jadi tambah cantik, aku
hampir tak mengenalimu.”
“Lama tak bertemu, Momo-senpai.”
“Tapi, kau curang. Tak kusangka kau akan
masuk Seirin bersama Tetsu-kun,”
“Maaf…” sanggahku. “Aku hanya merasa
kalau akan jadi menarik jika aku masuk ke sekolah ini. Iya kan, Nii-chan?!”
“Tentu saja, ini akan jadi sangat
menarik,” kata kakakku bersama anggota Kiseki no Sedai yang sudah berada
beberapa meter di sekelilingku.
“Mido-senpai, seperti biasa kau selalu
membawa benda aneh,” kataku.
“Lucky-item
hari ini adalah boneka beruang. Juga, Cancer dan Aries membuat kecocokan hari
ini,” timpal Mido-senpai.
“Maa, sepertinya aku memang sedikit
tertarik dengan boneka itu, tapi pada dasarnya, aku tak suka boneka,”
balasku.“Mura-senpai, tubuhmu mengerikan. Aku bahkan tak bisa melihat wajahmu
dari dekat.”
Mura-senpai mengunyah cemilannya, “Itu
karna kau terlalu kecil, Aki-chin. Ini makanlah, kau harus banyak makan kalau
mau tinggi.”
“Tidak, terima kasih. Aku hanya akan
menjadi gendut kalau terlalu banyak makan, lagipula aku tidak terlalu suka
makanan seperti itu,” sanggahku. “Apa kabar, Ao-senpai? Adakah yang berubah?”
“Tak biasanya kau menanyakan kabarku. Maa,
berubah atau tidak bukan aku yang merasakan tapi kalau dilihat kau malah sama sekali
tak berubah,” jawab Ao-senpai.
“Ini hanya kebiasaan orang Jepang untuk
bersikap sopan pada senior. Semua orang harus terus berubah selama dia hidup
karna itulah tujuannya, untuk menjadi lebih baik meskipun aku tak termasuk
orang-orang yang semacam itu,” sahutku. “Iya kan, Kise-senpai?”
“Ayolah, jangan membicarakan hal
membosankan seperti itu. Di samping itu, Akicchi, kau takkan kembali ke London,
kan?” tanya Kise-senpai.
Aku menoleh padanya lalu memandang
sekeliling. “Kurasa aku akan tinggal lebih lama disini. Walaupun aku belum berniat
memberitahu kalian dulu”
‘Mereka mengobrol seperti biasa, tapi
komentarnya selalu lebih tajam dan terdengar kasar. Tapi, mereka seolah sudah
biasa mendengar hal itu. Ada apa sebenarnya dengan gadis ini?’ pikir Kagami.
“Apa yang kau pikirkan, Kagami-kun?”
tanya Kuroko.
“Ahh, tidak ada,” jawab Kagami. “Tapi,
apa dia benar-benar orang yang sangat dibutuhkan dalam sebuah tim? Aku sama
sekali tak bisa membayangkan dia seperti yang kau diskripsikan tadi.”
“Aku menyukai Aki-chan,” sahut Kuroko.
“HEEHH?!!”
“Apa yang kau katakan di saat seperti
ini, Kuroko?!” teriak Hyuga.
“Dan aku yakin mereka pun akan berkata hal
yang sama,”
“Yang benar saja?!” seru Kagami. “Ini
bukan waktunya bercanda, Kuroko!!”
“Aku serius,” jawab Kuroko. “Itulah
sebabnya mereka takkan melepaskan Aki-chan walaupun kita yang menang.”
“Apa yang kau bicarakan?!” tanya Izuki.
“Menang atas apa?”
“Kami membuat perjanjian,”
“Perjanjian apa maksudmu?” tanya Hyuga.
***