Senin, 15 Desember 2014

Kuroko no Basuke : Generation of Miracles's Promise Part 2



 Keesokan harinya.
“Selamat pagi, Aki-chan!” sapa Kuro-senpai saat aku memasuki gedung sekolah. Ternyata dia sudah menungguku bersama Kagami-senpai.
‘Apanya yang –chan? Tak kusangka dia akan memanggil seorang gadis dengan panggilan seperti itu,’ pikir Kagami-senpai.
“Selamat pagi, senpai!” balasku.
“Ada yang ingin kami bicarakan, bisakah kau ikut kami sebentar?” ajaknya. (Kagami : dia tak memperkenalkan aku -.-)
“Baiklah,”
Aku mengikutinya ke lapangan basket dan disana sudah berkumpul anggota inti tahun lalu bersama dengan sang pelatih.
“Ini pelatih kami, Aida Riko!” kata Kuro-senpai memperkenalkan.
“Salam kenal,” sapa Riko-senpai.
“Kapten, Hyuga Junpei! Kiyoshi Teppei dan Izuki Shun!”
“Yoo!!” sapa ketiganya bersamaan.
“Dan dia satu kelas denganku, Kagami Taiga!”
“Y-yoo!!” Kagami-senpai tergagap.
“Perkenalkan, 1-B Akiya!” kataku sambil membungkukkan badan.
‘Jadi, benar-benar dia yang membuat aura ini. Dia pasti bukan gadis biasa,’ pikir Hyuga.
“Jadi, ada apa aku dipanggil kesini?” tanyaku.
“Kami ingin mengajakmu bergabung dengan klub basket sebagai seorang manajer,” kata Riko tanpa basa-basi.
Aku menghela nafas. “Terima kasih atas tawarannya, tapi maaf karna aku harus menolak ajakan itu.”
“Boleh kami tahu apa alasanmu menolak tawaran kami?” tanya kapten.
“Karna aku membenci basket,” jawabku. “Senpai sendiri juga sudah tahu, bukan?” tanyaku pada Kuro-senpai.
“Kuroko, kenapa kau tak mengatakan hal penting itu?” tanya Kagami-senpai dengan tatapan tajam.
“Aku lupa,”
“Jangan memberi alasan menyebalkan itu!!” seru Kagami.
“Basket membuatku jauh dari kakakku,” kataku. “Tapi, terima kasih sudah mengalahkannya, dengan begitu dia akan belajar yang namanya kekalahan.”
“Mengalahkannya? Kakakmu? Siapa yang kau maksud?” tanya Kiyoshi.
“Kalian mengalahkannya tahun lalu dan menjadi juara Winter Cup, kan? Kapten Rakuzan, Akashi Seijurou.”
“Ohh…” Mereka manggut-manggut. “APAAAAA??!!” teriak hampir semua orang yang ada disana.
“AKASHI ADALAH KAKAKMU?”
“APA?? AKASHI SI MONSTER ITU?!!” teriak Hyuga-senpai.
“Memanggilnya monster itu sedikit kejam. Dia hanya manusia biasa, dia juga punya kelemahan. Senpai-tachi pun juga pasti sudah tahu,” timpalku.
“KUROKO, aku akan membunuhmu karna tak mengatakan hal sepenting ini!!”
“Apa aku belum mengatakannya?” tanya Kuro-senpai polos.
“BELUUM!!” jawab mereka bersamaan.
‘Pantas saja, aura Kiseki no Sedai melekat padanya. Tak hanya tatapannya yang mirip dengan Akashi, tapi cara bicara dan ketenangannya benar-benar sama dengannya. Sial, kenapa aku sama sekali tak menyadarinya!’ pikir Kagami-senpai.
Mereka jadi sangat ribut, aku jadi tak tahu apa yang mereka katakan.
“Kalau begitu, kenapa kau masuk ke Seirin dan bukan Rakuzan?” tanya Riko-senpai.
“Aku membenci kakakku, aku tak ingin bersekolah di tempat yang sama dengannya,” tukasku. “Aku ingin masuk ke sekolah yang ada salah satu orang yang kukenal.”
“Kau mengenal anggota Kiseki no Sedai, kan? Kenapa kau tak masuk ke sekolah yang lain?” tanya Izuki.
“Di Yosen ada Mura-senpai, aku tak suka dengannya karna dia terlalu banyak makan dan pelit padaku. Kaijou ada Kise-senpai, tapi dia selalu menggodaku, aku tak ingin dia di dekatku. Touou ada Ao-senpai dan Momo-senpai, benar Momo-senpai baik padaku, tapi Ao-senpai sangat dingin dan tak pernah mau bicara denganku. Dan Mido-senpai di Shutoku, aku tak suka sikapnya yang freak itu.”
“Ahh, dia benar-benar kenal semua anggota Kiseki no Sedai,” gumam Izuki-senpai.

Tiba-tiba…
“Yoo, adikku!!” seru seseorang dari belakangku.
Tepat di depan pintu masuk berdiri lima orang anggota Kiseki no Sedai. Dan seketika itu juga, seluruh lapangan penuh dengan siswa yang menyadari kedatangan mereka.
“Tak bisakah kau datang dengan biasa saja, tanpa membawa keramaian ini?” tanyaku.
“Begitukah caramu menjawab salam?” tanya kakakku.
‘Kenapa keadaannya jadi setegang ini? Apa karna kemunculan semua anggota Kiseki no Sedai? Tapi jika diperhatikan, reuni ini sangatlah konyol. Terlebih lagi, disini.’
“Tak mungkin kau datang hanya untuk mengucapkan salam, Nii-chan!” tukasku.
“Lama tak bertemu, Aki-chan,” sapa Ao-senpai.  “Kau tumbuh dengan baik.”
“Kau jadi lebih kawaii, Akicchi!” seru Kise-senpai.
“Kau belum berubah, Akiya,” kata Mido-senpai.
“Kau tak membawakanku oleh-oleh, Aki-chin?” tanyaMura-senpai dengan malas.
“Maaf, Mura-senpai. Aku tak tahu kalau kalian akan datang kemari, jadi aku tidak membawa oleh-olehnya sekarang,” kataku.
“Tapi, kembali tanpa memberitahu kakakmu ini sangatlah tidak sopan, adikku,” kata Sei-nii. “Terlebih lagi, aku tak suka keputusanmu masuk sekolah ini.”
“Maa, aku senang selama kau membenci apa yang kulakukan,” timpalku dengan senyum seringai yang sering kali diperlihatkan Nii-chan.



‘Dia benar-benar mirip dengan Akashi, menakutkan,’ pikir Hyuga.
“Tapi, bagaimana mereka bisa ada disini?” tanya Kiyoshi.
“Kemarin malam, Momoi-san menelponku dan aku menceritakan padanya kalau Akashi Akiya sudah kembali dari London dan berada di Seirin,” jawab Kuroko.
“Jadi, ini semua perbuatanmu kurang ajar?!!!” seru Hyuga.
“Lalu, kenapa mereka semua berada disini bersamaan? Terlebih lagi, hanya untuk menemui seorang gadis,” tanya Izuki.
“Dia lah yang memilih kelima anggota Kiseki no Sedai dalam tim inti,”
“Bukan Akashi yang menentukan tim inti?” tanya Kagami.
“Akashi-kun hanya melakukan pertimbangan dengan keputusan yang dibuat Aki-chan. Dia yang mengajakku untuk bertemu dengan Akashi-kun dan mengatakan kalau aku bisa bermain di tim inti. Aomine-kun, Murasakibara-kun, Midorima-kun dan Momoi-san juga diperkenalkan pada Akashi-kun dengan cara yang sama. Kise-kun tidak bermain basket saat kelas satu, tapi Aki-chan pernah sekali mengajaknya dan dia menolak,”
“Jadi, dia lah yang sebenarnya telah membentuk Kiseki no Sedai?” tanya Hyuga.
“Benar,”
‘Jadi, sejenius apa bocah ini? Dan sepertinya, mereka jauh-jauh datang kemari untuk membujuknya masuk ke dalam tim mereka. Gawat, mata mereka benar-benar tak mau lepas darinya,’ pikir Kagami.
“Dengan adanya Aki-chan, sebuah tim akan meningkat 50% dari keadaan semula. Dia seperti suplemen, yang memberi kita energi lebih. Dia seperti drug, yang bisa mengolak emosi dan mental. Dia seperti obat penenang, yang bisa menjernihkan pikiran orang lain. Dia adalah ahli strategi dalam segala situasi dan juga baru-baru ini aku menyadari bahwa dia sudah belajar ilmu kedokteran.”
“Heh??!! Adakah manusia yang seperti itu?!” seru Riko. “Kalau memang benar begitu, maka dia akan menjadi perebutan banyak tim, terlebih lagi para anggota Kiseki no Sedai sudah mengetahui tentang ini.”
“Mereka tak segan mengurus kepindahannya jika dirasa Akiya ingin bersama mereka. Kesempatan kita untuk mendapatkannya sama dengan yang lain,” kata Izuki.
‘Oe oe, yang benar saja! Bocah ini bisa membuat seluruh Kiseki no Sedai ingin merekrutnya?! Jangan bercanda!! Sehebat itu, kah?’ pikir Kagami.
“Kagami-kun, ada apa?” tanya Kuroko. “Tumben kau tak banyak bicara.”
“Ahh… tidak ada,”



“A~ki-chyan!!! Lama tak bertemu!!” teriak Momo-senpai yang langsung berlari memelukku. “Kau jadi tambah cantik, aku hampir tak mengenalimu.”
“Lama tak bertemu, Momo-senpai.”
“Tapi, kau curang. Tak kusangka kau akan masuk Seirin bersama Tetsu-kun,”
“Maaf…” sanggahku. “Aku hanya merasa kalau akan jadi menarik jika aku masuk ke sekolah ini. Iya kan, Nii-chan?!”
“Tentu saja, ini akan jadi sangat menarik,” kata kakakku bersama anggota Kiseki no Sedai yang sudah berada beberapa meter di sekelilingku.
“Mido-senpai, seperti biasa kau selalu membawa benda aneh,” kataku.
Lucky-item hari ini adalah boneka beruang. Juga, Cancer dan Aries membuat kecocokan hari ini,” timpal Mido-senpai.
“Maa, sepertinya aku memang sedikit tertarik dengan boneka itu, tapi pada dasarnya, aku tak suka boneka,” balasku.“Mura-senpai, tubuhmu mengerikan. Aku bahkan tak bisa melihat wajahmu dari dekat.”
Mura-senpai mengunyah cemilannya, “Itu karna kau terlalu kecil, Aki-chin. Ini makanlah, kau harus banyak makan kalau mau tinggi.”
“Tidak, terima kasih. Aku hanya akan menjadi gendut kalau terlalu banyak makan, lagipula aku tidak terlalu suka makanan seperti itu,” sanggahku. “Apa kabar, Ao-senpai? Adakah yang berubah?”
“Tak biasanya kau menanyakan kabarku. Maa, berubah atau tidak bukan aku yang merasakan tapi kalau dilihat kau malah sama sekali tak berubah,” jawab Ao-senpai.
“Ini hanya kebiasaan orang Jepang untuk bersikap sopan pada senior. Semua orang harus terus berubah selama dia hidup karna itulah tujuannya, untuk menjadi lebih baik meskipun aku tak termasuk orang-orang yang semacam itu,” sahutku. “Iya kan, Kise-senpai?”
“Ayolah, jangan membicarakan hal membosankan seperti itu. Di samping itu, Akicchi, kau takkan kembali ke London, kan?” tanya Kise-senpai.
Aku menoleh padanya lalu memandang sekeliling. “Kurasa aku akan tinggal lebih lama disini. Walaupun aku belum berniat memberitahu kalian dulu”



‘Mereka mengobrol seperti biasa, tapi komentarnya selalu lebih tajam dan terdengar kasar. Tapi, mereka seolah sudah biasa mendengar hal itu. Ada apa sebenarnya dengan gadis ini?’ pikir Kagami.
“Apa yang kau pikirkan, Kagami-kun?” tanya Kuroko.
“Ahh, tidak ada,” jawab Kagami. “Tapi, apa dia benar-benar orang yang sangat dibutuhkan dalam sebuah tim? Aku sama sekali tak bisa membayangkan dia seperti yang kau diskripsikan tadi.”
“Aku menyukai Aki-chan,” sahut Kuroko.
“HEEHH?!!”
“Apa yang kau katakan di saat seperti ini, Kuroko?!” teriak Hyuga.
“Dan aku yakin mereka pun akan berkata hal yang sama,”
“Yang benar saja?!” seru Kagami. “Ini bukan waktunya bercanda, Kuroko!!”
“Aku serius,” jawab Kuroko. “Itulah sebabnya mereka takkan melepaskan Aki-chan walaupun kita yang menang.”
“Apa yang kau bicarakan?!” tanya Izuki. “Menang atas apa?”
“Kami membuat perjanjian,”
“Perjanjian apa maksudmu?” tanya Hyuga.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar