Jumat, 12 Desember 2014

Kuroko no Basuke : Generation of Miracles's Promise Part 1



Kejuaraan Winter Cup yang berakhir dengan kemenangan Seirin terhadap Rakuzan membuat seluruh orang membicarakan keberhasilan Seirin yang tak terduga itu. Dan entah darimana datangnya, berita ini pun terdengar olehku yang sedang berada di London.
“Aku jadi merindukannya,” gumamku sambil meneguk sodaku dengan berita di layar ponselku yang memperlihatkan wajah kakak dan senpai tersayangku itu. “Sepertinya, sudah waktunya untukku kembali.”

***

“Kagami! Koganei! Izuki! Bawa ini dan pergilah ke depan gerbang! Yang lain berorasilah di depan anak-anak kelas satu itu. Kita harus mendapat banyak anggota baru kali ini!” teriak Aida Riko, si pelatih basket Seirin.
“Yosh!!”
“Apa yang bisa kulakukan?”
Riko mendengar seseorang di belakangnya, tapi ketika dia menoleh, dia tak melihat siapapun.
“Aku disini,” kata seorang lelaki kurus dengan rambut light-bluetepat di depan Riko. Sontak Riko pun terkejut dan hampir menabrak meja pendaftaran di belakangnya.
“KAU!! Sejak kapan kau disana?!!”
“Aku sudah berdiri disini sejak tadi,”
“Yang seperti ini, sepertinya sudah lama aku tidak merasakannya,” gumam Riko. “Kuroko-kun, kau tak perlu melakukan apa-apa. Anak-anak kelas satu itu takkan menyadari keberadaanmu walaupun kau berteriak.”
“Begitu, kah?” kata Kuroko Tetsuya yang wajah depresi dan auranya yang meredup.
“Maa maa, jangan terlalu sakit hati. Kau bisa memasangkan iklan ini di papan pengumuman,” kata sang kapten, Hyuga Junpei.
“Aku mengerti,” kata Tetsuya yang langsung pergi.

***

“Akhirnya, aku benar-benar disini. Kuharap akan ada pertunjukkan menarik selama aku disini,” gumamku setelah mobilku berhenti di depan sebuah gerbang sekolah.
Di tengah musim semi, kebisingan anak-anak yang mempromosikan klub mereka di halaman depan sekolah menyambutku. Dan yang lebih menarik lagi, seseorang benar-benar menyambutku di depan gerbang. Kagami Taiga, manusia yang sudah menghabisi kakakku di kejuaraan musim dingin tahun lalu. Tapi, karna aku belum ingin memulai ini, aku hanya akan melewatinya tanpa bertanya.


‘Tekanan ini…’
“Ada apa, Kagami?” tanya Koganei.
“Ahh, tidak apa-apa,” jawab Kagami tergagap.‘Izuki–senpai? Dia juga merasakannya. Ini bukan tekanan yang berbeda dari biasanya, tapi yang tidak biasa adalah merasakannya disini, karna ini adalah tekanan yang berasal dari anggota Kiseki no Sedai! Kelihatannya anak kelas satu tahun ini sedikit merepotkan.’


Hyuga Junpei, Izuki Shun dan Kiyoshi Teppei. Senangnya bertemu orang-orang yang membuat kakakku kewalahan. Tinggal satu orang lagi, Kuroko Tetsuya. Aku tahu bahwa hawa keberadaannya sangat lemah, tapi tak kusangka aku tak bisa menemukannya disini.Kalau begitu, dia pasti ada disana.
Aku masuk ke dalam gedung sekolah dan melakukan tour keliling sendiri. Dan akhirnya, aku benar-benar menemukannya sedang menempelkan brosur iklan klub basket di papan pengumuman. “Senpai itu benar-benar tak berubah,” gumamku. Kurasa cukup untuk hari ini. Aku tak ingin menyapa mereka dengan tergesa-gesa karna takkan jadi menarik. Aku akan menunggu waktu yang tepat.

***

Hari ketiga sejak penerimaan siswa baru dan kegiatan klub juga sudah berjalan normal.Pulang sekolah, aku menyempatkan diri mengunjungi lapangan basket. Mereka semua ada disana, bersama dengan para anggota baru.


‘Lagi? Siapa? Tak mungkin gadis itu, tapi aku tak merasakan tekanan ini sebelum dia datang. Terlebih lagi, para senpai yang pernah bermain dengan Kiseki no Sedai juga sepertinya merasakannya.’
“Kagami, fokus!!” teriak pelatih.
“Yaa!!” jawabnya. “Nee, apa kau merasakannya, Hyuga-senpai?”
“Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan tekanan menakutkan ini setiap pertandingan. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?” jawab Hyuga.
“Yang jelas, bukan anak kelas satu ini yang membuat aura ini,” kata Kiyoshi.
“Istirahat lima menit!!” teriak pelatih Riko.
“Kuroko, mau kemana kau?” tanya Kagami.
“Ada seseorang yang harus kusapa,” jawabnya sambil terengah.


Kuroko Tetsuya menghampiriku yang berdiri di tribun atas lapangan basket. “Lama tak bertemu, Kuro-senpai!” sapaku.
“Lama tak bertemu, Aki-chan!” balasnya.
“Senpai sama sekali tak berubah sejak tiga tahun yang lalu, maa tapi untuk bisa mengalahkan kakakku, tak mungkin jika senpai tak berubah.Setidaknya senpai meningkat lebih cepat dari pada kakakku.”
“Terima kasih, ini berkat kerja keras mereka. Ini adalah kemenangan terbesar kami.”
Aku tersenyum. “Begitu, ya?”
Kuro-senpai memandangku.


“Nee, siapa cewek itu? Anak kelas satu, kan?” tanya pelatih.
“Huaah, kawaii nee. Tapi, kenapa lagi-lagi Kuroko mengenalnya?” kata Koganei kesal.
“Hei, ada apa?” tanya Riko yang melihat mendung di atas pemain inti tahun lalu itu.
“Aku tak tahu, hanya saja aku mempunyai firasat buruk,” jawab kapten.
“Tentang apa?”
“Aku sendiri tak tahu,”


“Pria yang mempunyai tatapan tajam itu adalah point guard, kan?”
Kuro-senpai beralih pada Izuki-senpai yang sedang memainkan bola basketnya.
“Dia terlalu banyak membuang tenaga dengan berusaha melihat lapangan dari semua sudut. Katakan padanya untuk fokus melihat dari atas dan dia akan menyadari kalau itu akan memperluas daya jangkau penglihatannya. Terus lagi, tangan kirinya terluka, entah serius atau tidak yang jelas dia menahannya selama latihan tadi.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Dia lebih sering mendribble menggunakan tangan kanannya dan saat menggunakan kedua tangannya untuk mengumpan atau menembak, terlihat jelas dia memaksakan tangan kanannya untuk mengambil kendali lebih besar sehingga keakuratan tembakannya menurun 4-5%” jawabku. “Ehh, maaf senpai. Aku jadi kebanyakan bicara.”
“Tak apa, teruskan!”
“Senpai yang berkacamata itu memiliki insting menembak jarak jauh tapi keakuratannya tidak menentu.Masih ada perasaan bimbang dalam dirinya. Katakan padanya untuk memajukan salah satu kakinya saat menembak, maka keakuratannya akan bertambah 6%. Senpai yang bertubuh tinggi itu adalah seorang center, kan? Dia mempunyai tangan yang besar, pasti sangat mudah baginya untuk memegang bola basket dan memainkan sesuka hatinya. Dia masih rehabilitasi, kan? Katakan padanya untuk tidak terlalu bersemangat saat latihan seperi ini. Operasinya berjalan lebih cepat dari pada yang seharusnya, jadi dia harus beristirahat lebih banyak. Dan senpai berwajah sangar itu, juga bermasalah dengan lututnya, katakan padanya untuk mengompres lututnya dengan air hangat selama tiga puluh menit setiap malam.”
“Kau tahu itu semua hanya dengan melihat sekilas?”
“Maa, sepertinya begitu.Tapi, aku juga menggabungkannya dengan informasi yang sudah lebih dulu kutahu,” jawabku. “Senpai, kau harus lebih memperhatikan stamina tubuhmu. Berlarilah selama lima belas menit setiap pagi, kau akan lebih bugar saat berangkat sekolah.”
Kuro-senpai memandangku lagi.
“Aku belajar banyak di London,” kataku. “Aku harus segera pulang, semoga yang tadi dapat membantu. ”Aku membalikkan badan hendak melangkah pergi.
“Apa kau sudah memutuskan bergabung dengan klub?”
Aku berbalik. “Hmm, belum.”
“Bagaimana dengan klub basket?”
“Maa, terima kasih atas tawarannya, tapi maaf,” jawabku. “Senang bertemu dengan senpai, mulai sekarang, yoroshiku nee.”


“Siapa cewek itu?” tanya Koganei pada Kuroko yang sudah bergabung dengan yang lain.
“Izuki-senpai, aku membawakan es untuk mengompres tangan kirimu,” kata Kuroko.
“Kenapa tiba-tiba…”
“Cobalah memfokuskan penglihatanmu dari atas dan jarak pandangnya akan lebih luas. Hyuga-senpai, (ehh) saat menembak, majukan salah satu kakimu. Kiyoshi-senpai, kau harus banyak istirahat.Kagami-kun, kompres lututmu dengan air hangat selama tiga puluh menit setiap malam!” kata Kuroko.
“Ada apa Kuroko? Apa yang kau katakan?” tanya Kagami.
“Dia juga memberitahuku untuk berlari setiap pagi untuk meningkatkan stamina.”
“Dia? Siapa yang kau maksud?” tanya Kagami lagi.
“Pelatih, aku ingin kau memasukkan satu orang lagi ke dalam klub basket,” kata Kuroko. (Kagami : hey, kau mengabaikanku)
“Ada apa Kuroko, tak biasanya kau merekomendasikan orang. Jadi, siapa yang ingin kau rekrut?” tanya Riko.
“Jangan bilang, gadis yang baru saja kau ajak ngobrol itu!!” seru Koganei.
“Dia yang memberitahuku untuk mengatakan hal tadi pada para senpai dan Kagami-kun. Dia bisa menganalisa keadaan kita hanya dengan sekali lihat,” kata Kuroko.
“Seperti manajer Touou?” tanya Kiyoshi.
“Tidak, dia bahkan lebih hebat dari pada Momoi-san. Dia adalah adik kelasku saat SMP.Dia sangat cerdas dan teliti. Dia yang pertama kali menemukan bakatku dalam basket dan mengatakan padaku untuk menggunakan itu sebagai senjata.”
“Bukankah yang pertama kali menemukan bakatmu itu Akashi Seijurou, kapten Kiseki no Sedai?” tanya Kagami.
“Akashi-kun melakukannya setelah diberitahu olehnya. Tapi, karna tubuhnya yang lemah, dia dipindah ke London untuk melakukan pengobatan beberapa bulan setelah penerimaan siswa baru. Dan sekarang, dia kembali dan bersekolah disini.”
“Sepertinya menarik,” gumam Riko. “Kuroko, apa kau sudah mencoba mengajaknya?”
“Dia menolak,”
“Kalau begitu, tak ada gunanya mengajak kalau jelas-jelas akan ditolak!!” seru Kagami.
“Aku ingin membujuknya lebih keras. Tolong bantu aku!” kata Kuroko.
“Maa, tak ada pilihan lain. Toh dia juga sangat berguna bagi tim,” kata Riko.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar