Kejuaraan Winter Cup yang berakhir dengan
kemenangan Seirin terhadap Rakuzan membuat seluruh orang membicarakan
keberhasilan Seirin yang tak terduga itu. Dan entah darimana datangnya, berita
ini pun terdengar olehku yang sedang berada di London.
“Aku jadi merindukannya,” gumamku sambil
meneguk sodaku dengan berita di layar ponselku yang memperlihatkan wajah kakak
dan senpai tersayangku itu. “Sepertinya, sudah waktunya untukku kembali.”
***
“Kagami! Koganei! Izuki! Bawa ini dan
pergilah ke depan gerbang! Yang lain berorasilah di depan anak-anak kelas satu
itu. Kita harus mendapat banyak anggota baru kali ini!” teriak Aida Riko, si
pelatih basket Seirin.
“Yosh!!”
“Apa yang bisa kulakukan?”
Riko mendengar seseorang di belakangnya,
tapi ketika dia menoleh, dia tak melihat siapapun.
“Aku disini,” kata seorang lelaki kurus dengan
rambut light-bluetepat di depan Riko.
Sontak Riko pun terkejut dan hampir menabrak meja pendaftaran di belakangnya.
“KAU!! Sejak kapan kau disana?!!”
“Aku sudah berdiri disini sejak tadi,”
“Yang seperti ini, sepertinya sudah lama
aku tidak merasakannya,” gumam Riko. “Kuroko-kun, kau tak perlu melakukan
apa-apa. Anak-anak kelas satu itu takkan menyadari keberadaanmu walaupun kau
berteriak.”
“Begitu, kah?” kata Kuroko Tetsuya yang
wajah depresi dan auranya yang meredup.
“Maa maa, jangan terlalu sakit hati. Kau
bisa memasangkan iklan ini di papan pengumuman,” kata sang kapten, Hyuga
Junpei.
“Aku mengerti,” kata Tetsuya yang
langsung pergi.
***
“Akhirnya, aku benar-benar disini.
Kuharap akan ada pertunjukkan menarik selama aku disini,” gumamku setelah
mobilku berhenti di depan sebuah gerbang sekolah.
Di tengah musim semi, kebisingan
anak-anak yang mempromosikan klub mereka di halaman depan sekolah menyambutku. Dan
yang lebih menarik lagi, seseorang benar-benar menyambutku di depan gerbang.
Kagami Taiga, manusia yang sudah menghabisi kakakku di kejuaraan musim dingin
tahun lalu. Tapi, karna aku belum ingin memulai ini, aku hanya akan melewatinya
tanpa bertanya.
‘Tekanan ini…’
“Ada apa, Kagami?” tanya Koganei.
“Ahh, tidak apa-apa,” jawab Kagami
tergagap.‘Izuki–senpai? Dia juga merasakannya. Ini bukan tekanan yang berbeda
dari biasanya, tapi yang tidak biasa adalah merasakannya disini, karna ini
adalah tekanan yang berasal dari anggota Kiseki no Sedai! Kelihatannya anak
kelas satu tahun ini sedikit merepotkan.’
Hyuga Junpei, Izuki Shun dan Kiyoshi
Teppei. Senangnya bertemu orang-orang yang membuat kakakku kewalahan. Tinggal
satu orang lagi, Kuroko Tetsuya. Aku tahu bahwa hawa keberadaannya sangat lemah,
tapi tak kusangka aku tak bisa menemukannya disini.Kalau begitu, dia pasti ada
disana.
Aku masuk ke dalam gedung sekolah dan
melakukan tour keliling sendiri. Dan
akhirnya, aku benar-benar menemukannya sedang menempelkan brosur iklan klub
basket di papan pengumuman. “Senpai itu benar-benar tak berubah,” gumamku. Kurasa
cukup untuk hari ini. Aku tak ingin menyapa mereka dengan tergesa-gesa karna takkan
jadi menarik. Aku akan menunggu waktu yang tepat.
***
Hari ketiga sejak penerimaan siswa baru
dan kegiatan klub juga sudah berjalan normal.Pulang sekolah, aku menyempatkan
diri mengunjungi lapangan basket. Mereka semua ada disana, bersama dengan para anggota
baru.
‘Lagi? Siapa? Tak mungkin gadis itu, tapi
aku tak merasakan tekanan ini sebelum dia datang. Terlebih lagi, para senpai
yang pernah bermain dengan Kiseki no Sedai juga sepertinya merasakannya.’
“Kagami, fokus!!” teriak pelatih.
“Yaa!!” jawabnya. “Nee, apa kau
merasakannya, Hyuga-senpai?”
“Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan
tekanan menakutkan ini setiap pertandingan. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?”
jawab Hyuga.
“Yang jelas, bukan anak kelas satu ini
yang membuat aura ini,” kata Kiyoshi.
“Istirahat lima menit!!” teriak pelatih
Riko.
“Kuroko, mau kemana kau?” tanya Kagami.
“Ada seseorang yang harus kusapa,”
jawabnya sambil terengah.
Kuroko Tetsuya menghampiriku yang berdiri
di tribun atas lapangan basket. “Lama tak bertemu, Kuro-senpai!” sapaku.
“Lama tak bertemu, Aki-chan!” balasnya.
“Senpai sama sekali tak berubah sejak
tiga tahun yang lalu, maa tapi untuk bisa mengalahkan kakakku, tak mungkin jika
senpai tak berubah.Setidaknya senpai meningkat lebih cepat dari pada kakakku.”
“Terima kasih, ini berkat kerja keras
mereka. Ini adalah kemenangan terbesar kami.”
Aku tersenyum. “Begitu, ya?”
Kuro-senpai memandangku.
“Nee, siapa cewek itu? Anak kelas satu,
kan?” tanya pelatih.
“Huaah, kawaii nee. Tapi, kenapa lagi-lagi
Kuroko mengenalnya?” kata Koganei kesal.
“Hei, ada apa?” tanya Riko yang melihat
mendung di atas pemain inti tahun lalu itu.
“Aku tak tahu, hanya saja aku mempunyai
firasat buruk,” jawab kapten.
“Tentang apa?”
“Aku sendiri tak tahu,”
“Pria yang mempunyai tatapan tajam itu
adalah point guard, kan?”
Kuro-senpai beralih pada Izuki-senpai
yang sedang memainkan bola basketnya.
“Dia terlalu banyak membuang tenaga
dengan berusaha melihat lapangan dari semua sudut. Katakan padanya untuk fokus
melihat dari atas dan dia akan menyadari kalau itu akan memperluas daya jangkau
penglihatannya. Terus lagi, tangan kirinya terluka, entah serius atau tidak
yang jelas dia menahannya selama latihan tadi.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Dia lebih sering mendribble menggunakan
tangan kanannya dan saat menggunakan kedua tangannya untuk mengumpan atau
menembak, terlihat jelas dia memaksakan tangan kanannya untuk mengambil kendali
lebih besar sehingga keakuratan tembakannya menurun 4-5%” jawabku. “Ehh, maaf
senpai. Aku jadi kebanyakan bicara.”
“Tak apa, teruskan!”
“Senpai yang berkacamata itu memiliki
insting menembak jarak jauh tapi keakuratannya tidak menentu.Masih ada perasaan
bimbang dalam dirinya. Katakan padanya untuk memajukan salah satu kakinya saat
menembak, maka keakuratannya akan bertambah 6%. Senpai yang bertubuh tinggi itu
adalah seorang center, kan? Dia
mempunyai tangan yang besar, pasti sangat mudah baginya untuk memegang bola
basket dan memainkan sesuka hatinya. Dia masih rehabilitasi, kan? Katakan
padanya untuk tidak terlalu bersemangat saat latihan seperi ini. Operasinya
berjalan lebih cepat dari pada yang seharusnya, jadi dia harus beristirahat
lebih banyak. Dan senpai berwajah sangar itu, juga bermasalah dengan lututnya,
katakan padanya untuk mengompres lututnya dengan air hangat selama tiga puluh menit
setiap malam.”
“Kau tahu itu semua hanya dengan melihat
sekilas?”
“Maa, sepertinya begitu.Tapi, aku juga
menggabungkannya dengan informasi yang sudah lebih dulu kutahu,”
jawabku. “Senpai, kau harus lebih memperhatikan stamina tubuhmu. Berlarilah
selama lima belas menit setiap pagi, kau akan lebih bugar saat berangkat
sekolah.”
Kuro-senpai memandangku lagi.
“Aku belajar banyak di London,”
kataku. “Aku harus segera pulang, semoga yang tadi dapat membantu. ”Aku
membalikkan badan hendak melangkah pergi.
“Apa kau sudah memutuskan bergabung
dengan klub?”
Aku berbalik. “Hmm, belum.”
“Bagaimana dengan klub basket?”
“Maa, terima kasih atas tawarannya, tapi
maaf,” jawabku. “Senang bertemu dengan senpai, mulai sekarang, yoroshiku nee.”
“Siapa cewek itu?” tanya Koganei pada
Kuroko yang sudah bergabung dengan yang lain.
“Izuki-senpai, aku membawakan es untuk
mengompres tangan kirimu,” kata Kuroko.
“Kenapa tiba-tiba…”
“Cobalah memfokuskan penglihatanmu dari
atas dan jarak pandangnya akan lebih luas. Hyuga-senpai, (ehh) saat menembak,
majukan salah satu kakimu. Kiyoshi-senpai, kau harus banyak
istirahat.Kagami-kun, kompres lututmu dengan air hangat selama tiga puluh menit
setiap malam!” kata Kuroko.
“Ada apa Kuroko? Apa yang kau katakan?”
tanya Kagami.
“Dia juga memberitahuku untuk berlari
setiap pagi untuk meningkatkan stamina.”
“Dia? Siapa yang kau maksud?” tanya
Kagami lagi.
“Pelatih, aku ingin kau memasukkan satu
orang lagi ke dalam klub basket,” kata Kuroko. (Kagami : hey, kau
mengabaikanku)
“Ada apa Kuroko, tak biasanya kau
merekomendasikan orang. Jadi, siapa yang ingin kau rekrut?” tanya Riko.
“Jangan bilang, gadis yang baru saja kau
ajak ngobrol itu!!” seru Koganei.
“Dia yang memberitahuku untuk mengatakan
hal tadi pada para senpai dan Kagami-kun. Dia bisa menganalisa keadaan kita
hanya dengan sekali lihat,” kata Kuroko.
“Seperti manajer Touou?” tanya Kiyoshi.
“Tidak, dia bahkan lebih hebat dari pada
Momoi-san. Dia adalah adik kelasku saat SMP.Dia sangat cerdas dan teliti. Dia
yang pertama kali menemukan bakatku dalam basket dan mengatakan padaku untuk
menggunakan itu sebagai senjata.”
“Bukankah yang pertama kali menemukan
bakatmu itu Akashi Seijurou, kapten Kiseki no Sedai?” tanya Kagami.
“Akashi-kun melakukannya setelah
diberitahu olehnya. Tapi, karna tubuhnya yang lemah, dia dipindah ke London
untuk melakukan pengobatan beberapa bulan setelah penerimaan siswa baru. Dan
sekarang, dia kembali dan bersekolah disini.”
“Sepertinya menarik,” gumam Riko. “Kuroko,
apa kau sudah mencoba mengajaknya?”
“Dia menolak,”
“Kalau begitu, tak ada gunanya mengajak
kalau jelas-jelas akan ditolak!!” seru Kagami.
“Aku ingin membujuknya lebih keras. Tolong
bantu aku!” kata Kuroko.
“Maa, tak ada pilihan lain. Toh dia juga
sangat berguna bagi tim,” kata Riko.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar