Kamis, 19 Maret 2015

Kuroko no Basuke : Generation of Miracles's Promise Part 3


2 tahun yang lalu
“Akashicchi, kapan adikmu kembali dari London?” tanya Kise sambil menyesap jusnya saat makan malam.
Klub basket Teiko sedang mengadakan kamp pelatihan musim panas terakhir untuk member Kiseki no Sedai di tahun ketiga mereka ini. “Ini sudah setahun, kan?”
“Untuk apa kau menanyakan hal itu, Kise?” timpal Akashi.
“Ini musim panas terakhir dan kita sama sekali belum pernah bertanding saat Akicchi berada disini. Bukankah akan lebih mudah jika ada dia?”
“Jangan mengatakan hal yang sudah jelas, Kise!” sahut Midorima. “Apa kau menyesal tidak menurutinya untuk bermain basket lebih awal?”
“Hmm, Ki-chan memang cuma sekali bertemu dengan Aki-chan. Sayang sekali,” kata Momoi.
“Jahatnya!!” seru Kise.“Kenapa kalian membuatku merasa seperti pecundang?!”
Midorima memotong steaknya, “Bagus kalau merasakannya.”
“Ada atau tidak, kita takkan kalah dengan mudah,” desah Aomine.
Murasakibara sibuk dengan makan malamnya.
“Kurokocchi, katakan sesuatu!!” bentak Kise sambil terisak.
Kuroko menelan makanannya, “Aku setuju dengan ucapan Aomine-kun. Tidak ada Aki-chan pun kita masih bisa menjadi lebih kuat. Tapi, sebenarnya, aku juga merindukannya.”
“Dan aku lebih merindukannya!!” seru Kise.
“Berisik!” bentak Midorima yang melempar brokoli tepat di kepala Kise.
“Apa-apaan kau Midorimacchi?!!” bentak Kise yang sudah berdiri untuk balas dendam.
“KALIAN!!!” desah Akashi dengan aura membunuh dan tatapan sadisnya. “Bisakah kalian diam?!”
Perlahan, Kise kembali duduk dan ketegangan berkurang sedikit demi sedikit.
“Kurasa aku harus memberitahukan ini pada kalian,” kata Akashi. “Ini tentang Akiya, aku ingin membuat perjanjian.”
Semua orang di meja itu langsung memperhatikan sang kapten dan menghentikan pekerjaan mereka. Bahkan, Murasakibara juga berhenti mengunyah makanannya.
“Siapapun di antara kita yang akan berdiri menjadi pemain terbaik Jepang, dia berhak atas Akiya,” kata Akashi. “Seseorang di antara kita.”
Selesai pidato singkat sang kapten, seluruh ruangan mendadak hening dan dimulailah kompetisi sebenarnya dari anggota Kiseki no Sedai.

***

“Nee, Nii-chan!” panggilku. “Ayo kita bermain!”
Semua yang ada di lapangan itu termasuk para penonton yang entah sejak kapan sudah memenuhi stadion kecil itu menatapku heran dan keheningan terjadi beberapa detik.
“Selagi semua sedang berkumpul disini, kenapa kita tak bersenang-senang sebentar? Basket, five on one!” tukasku.



“Apa dia sudah gila?” bisik Kagami.
“Dia menantang Kiseki no Sedai?! Yang benar saja?!!” pekik Hyuga.
“Hei, Kuroko! Apa kau pernah melihatnya bermain basket?” tanya Izuki.
“Belum, ini pertama kalinya,” jawab Kuroko.
“Aku mendapat firasat kalau ini akan jadi sesuatu yang bagus. Aku tak tahu kemampuan gadis itu, tapi tantangannya itu tidak main-main karna jelas dia tahu bagaimana kekuatan monster yang ada pada masing-masing anggota Kiseki no Sedai,” kata Riko.
“Memang benar, dia tidak main-main,” tambah Kiyoshi.



“Ada apa adikku? Hari ini kau terlihat sangat bersemangat,” kata kakakku.
“Tentu saja, bertemu teman-teman lama membuatku senang. Kalian tak keberatan menemaniku bermain, kan?”
“Tunggu, Akicchi! Apa kau serius?” tanya Kise-senpai.
“Aku tak ingin melukaimu, Aki-chin. Bagaimana kalau aku tidak melihatmu?” tanya Mura-senpai.
“Benar, Aki-chan! Itu berbahaya!” seru Momo-senpai.
Midorima menaikkan kacamatanya. “Kalian jangan membantahnya, dia sendiri jauh lebih mengerti apa yang dia lakukan.”
Ao-senpai terkekeh, “Pas sekali, aku memang sedang bosan.”
“Baiklah, tapi cukup satu kali saja,” kata Sei-nii.
“Itu sudah lebih dari cukup,” timpalku.



“Oe oee, apa ini akan baik-baik saja?” tanya Hyuga.
“Tak apa-apa,” kata Kuroko.
“Hoii, Kuroko! Bagaimana kau bisa tenang melihat seorang gadis dikeroyok lima monster seperti itu?” tanya Kagami.
“Tidak bisa dibilang aku sama sekali belum pernah melihat kejadian seperti ini,” jawab Kuroko.
“Apa yang kau katakan?” tanya Kagami. “Aku sama sekali tak mengerti.”
“Kau akan mengerti kalau melihatnya sendiri,”



“Dengar, kau hanya harus melewati kami satu persatu dan memasukkan bolanya ke ring,” kata Midorima yang berada paling depan.
Akiya sudah siap dengan bola basket yang dipantulkannya ke lantai dengan santainya. Permainan memakai seluruh lapangan. Dia melihat formasi Kiseki no Sedai yang bagi orang lain sangat mustahil untuk ditembus. Tepat di depan Akiya, Midorima sudah meletakkan boneka beruangnya. Di belakangnya, ada Kise diikuti Murasakibara, Aomine dan terakhir adalah sang kakak, Akashi. Tampak jelas walau Akiya dan Akashi berada di paling ujung lapangan, tapi tatapan mereka tak pernah terlepas satu sama lain.
“Aki-chyan, ganbatte!!” teriak Momoi dari luar lapangan. “Siap!” Dia memberi aba-aba. “MULAI!!”
Akiya mendribble bolanya mendekati Midorima dan berhenti tepat di depannya. Mereka saling tatap untuk beberapa saat. Sekali lihat, dapat dipastikan bahwa Akiya sangat tak mungkin bisa melewati Midorima, tapi Akiya sama sekali tak menunjukkan kemustahilan itu. Beberapa detik berlalu tanpa ada pergerakan dari Midorima atau pun Akiya, namun di detik kemudian, ‘Aku tak bisa bergerak!’ teriak Midorima dalam hati dan dengan mudah Akiya melewatinya.
Seluruh orang yang ada di lapangan itu terkejut dengan keajaiban Akiya. Saat sadar, Midorima menemukan Akiya sudah di belakangnya berhadapan dengan Kise. ‘Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan?’ pekik Midorima.
“Nee, apa yang baru saja terjadi?” seru Riko. “Kalian melihatnya, kan?”
“Yang benar saja! Midorima dilewatinya dengan mudah,” kata Hyuga.
“Apa Midorima sengaja mengalah?” tanya Izuki.
“Tidak, aku yakin Midorima pun terkejut,” jawab Kiyoshi.
Sekarang, Akiya berhadapan dengan Kise. Seperti yang dilakukannya pada Midorima, dia menatap Kise yang masih terkejut dengan kejadian ajaib itu. Di belakangnya, Murasakibara, Aomine dan bahkan kakaknya sendiri pun menatapnya dengan heran dan wajah shock mereka. Satu-persatu dia menatap semua lawannya itu. Dan di detik berikutnya, bola basket sudah melewati ring tanpa ada yang tahu bagaimana caranya. Akiya sudah berada di ujung lapangan, di belakang Akashi yang sama sekali tak menggerakkan badannya.
Seluruh lapangan terdiam. Satu-satunya suara yang terdengar hanya bunyi pantulan bola basket. Akiya membalikkan badan dan menyeringai. Merayakan kemenangan mutlaknya dengan anggun dan berkharisma. Tak ada yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya. Semua tercengang, termasuk Kuroko dan Akashi yang sepertinya tak menyadari hal seperti akan terjadi.
“A-apa yang t-terjadi?” Momoi tergagap dan tanpa sadar, dia terduduk saking shocknya.
“S-seperti sihir,” gumam Izuki.
“Teleportasi,” gumam Hyuga.
“Terbang,” kata Kagami.
“Menghilang,” bisik Riko.
“Genjutsu, kah?” tanya Kiyoshi.
“Kapan dia menghilang dari hadapanku?” desah Kise.
“Tubuhku tak bisa bergerak,” gumam Murasakibara.
“Aku tak bisa melihatnya,” kata Aomine.
 “Apa yang kau lakukan?!” bentak Akashi langsung membalik badannya berhadapan langsung dengan Akiya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar