2
tahun yang lalu
“Akashicchi,
kapan adikmu kembali dari London?” tanya Kise sambil menyesap jusnya saat makan
malam.
Klub
basket Teiko sedang mengadakan kamp pelatihan musim panas terakhir untuk member
Kiseki no Sedai di tahun ketiga mereka ini. “Ini sudah setahun, kan?”
“Untuk
apa kau menanyakan hal itu, Kise?” timpal Akashi.
“Ini
musim panas terakhir dan kita sama sekali belum pernah bertanding saat Akicchi
berada disini. Bukankah akan lebih mudah jika ada dia?”
“Jangan
mengatakan hal yang sudah jelas, Kise!” sahut Midorima. “Apa kau menyesal tidak
menurutinya untuk bermain basket lebih awal?”
“Hmm,
Ki-chan memang cuma sekali bertemu dengan Aki-chan. Sayang sekali,” kata Momoi.
“Jahatnya!!”
seru Kise.“Kenapa kalian membuatku merasa seperti pecundang?!”
Midorima
memotong steaknya, “Bagus kalau merasakannya.”
“Ada
atau tidak, kita takkan kalah dengan mudah,” desah Aomine.
Murasakibara
sibuk dengan makan malamnya.
“Kurokocchi,
katakan sesuatu!!” bentak Kise sambil terisak.
Kuroko
menelan makanannya, “Aku setuju dengan ucapan Aomine-kun. Tidak ada Aki-chan
pun kita masih bisa menjadi lebih kuat. Tapi, sebenarnya, aku juga merindukannya.”
“Dan
aku lebih merindukannya!!” seru Kise.
“Berisik!”
bentak Midorima yang melempar brokoli tepat di kepala Kise.
“Apa-apaan
kau Midorimacchi?!!” bentak Kise yang sudah berdiri untuk balas dendam.
“KALIAN!!!”
desah Akashi dengan aura membunuh dan tatapan sadisnya. “Bisakah kalian diam?!”
Perlahan,
Kise kembali duduk dan ketegangan berkurang sedikit demi sedikit.
“Kurasa
aku harus memberitahukan ini pada kalian,” kata Akashi. “Ini tentang Akiya, aku
ingin membuat perjanjian.”
Semua
orang di meja itu langsung memperhatikan sang kapten dan menghentikan pekerjaan
mereka. Bahkan, Murasakibara juga berhenti mengunyah makanannya.
“Siapapun
di antara kita yang akan berdiri menjadi pemain terbaik Jepang, dia berhak atas
Akiya,” kata Akashi. “Seseorang di antara kita.”
Selesai
pidato singkat sang kapten, seluruh ruangan mendadak hening dan dimulailah
kompetisi sebenarnya dari anggota Kiseki no Sedai.
***
“Nee, Nii-chan!” panggilku. “Ayo kita
bermain!”
Semua yang ada di lapangan itu termasuk
para penonton yang entah sejak kapan sudah memenuhi stadion kecil itu menatapku
heran dan keheningan terjadi beberapa detik.
“Selagi semua sedang berkumpul disini,
kenapa kita tak bersenang-senang sebentar? Basket, five on one!” tukasku.
“Apa dia sudah gila?” bisik Kagami.
“Dia menantang Kiseki no Sedai?! Yang
benar saja?!!” pekik Hyuga.
“Hei, Kuroko! Apa kau pernah melihatnya
bermain basket?” tanya Izuki.
“Belum, ini pertama kalinya,” jawab
Kuroko.
“Aku mendapat firasat kalau ini akan jadi
sesuatu yang bagus. Aku tak tahu kemampuan gadis itu, tapi tantangannya itu
tidak main-main karna jelas dia tahu bagaimana kekuatan monster yang ada pada
masing-masing anggota Kiseki no Sedai,” kata Riko.
“Memang benar, dia tidak main-main,”
tambah Kiyoshi.
“Ada apa adikku? Hari ini kau terlihat sangat
bersemangat,” kata kakakku.
“Tentu saja, bertemu teman-teman lama
membuatku senang. Kalian tak keberatan menemaniku bermain, kan?”
“Tunggu, Akicchi! Apa kau serius?” tanya
Kise-senpai.
“Aku tak ingin melukaimu, Aki-chin.
Bagaimana kalau aku tidak melihatmu?” tanya Mura-senpai.
“Benar, Aki-chan! Itu berbahaya!” seru
Momo-senpai.
Midorima menaikkan kacamatanya. “Kalian
jangan membantahnya, dia sendiri jauh lebih mengerti apa yang dia lakukan.”
Ao-senpai terkekeh, “Pas sekali, aku memang
sedang bosan.”
“Baiklah, tapi cukup satu kali saja,”
kata Sei-nii.
“Itu sudah lebih dari cukup,” timpalku.
“Oe oee, apa ini akan baik-baik saja?”
tanya Hyuga.
“Tak apa-apa,” kata Kuroko.
“Hoii, Kuroko! Bagaimana kau bisa tenang
melihat seorang gadis dikeroyok lima monster seperti itu?” tanya Kagami.
“Tidak bisa dibilang aku sama sekali
belum pernah melihat kejadian seperti ini,” jawab Kuroko.
“Apa yang kau katakan?” tanya Kagami.
“Aku sama sekali tak mengerti.”
“Kau akan mengerti kalau melihatnya
sendiri,”
“Dengar, kau hanya harus melewati kami
satu persatu dan memasukkan bolanya ke ring,”
kata Midorima yang berada paling depan.
Akiya sudah siap dengan bola basket yang
dipantulkannya ke lantai dengan santainya. Permainan memakai
seluruh lapangan. Dia
melihat formasi Kiseki no Sedai yang bagi orang lain sangat mustahil untuk
ditembus. Tepat di depan Akiya, Midorima sudah meletakkan boneka beruangnya. Di
belakangnya, ada Kise diikuti Murasakibara, Aomine dan terakhir adalah sang
kakak, Akashi. Tampak jelas walau Akiya dan Akashi berada di paling
ujung lapangan, tapi tatapan mereka tak pernah terlepas satu sama lain.
“Aki-chyan,
ganbatte!!” teriak Momoi dari luar lapangan. “Siap!” Dia memberi aba-aba.
“MULAI!!”
Akiya mendribble
bolanya mendekati Midorima dan berhenti tepat di depannya. Mereka saling tatap
untuk beberapa saat. Sekali lihat, dapat dipastikan bahwa Akiya sangat tak
mungkin bisa melewati Midorima, tapi Akiya sama sekali tak menunjukkan kemustahilan
itu. Beberapa detik berlalu tanpa ada pergerakan dari Midorima atau pun Akiya,
namun di detik kemudian, ‘Aku tak bisa bergerak!’ teriak Midorima dalam hati
dan dengan mudah Akiya melewatinya.
Seluruh orang yang
ada di lapangan itu terkejut dengan keajaiban Akiya. Saat sadar, Midorima
menemukan Akiya sudah di belakangnya berhadapan dengan Kise. ‘Apa yang terjadi?
Apa yang dia lakukan?’ pekik Midorima.
“Nee, apa yang baru
saja terjadi?” seru Riko. “Kalian melihatnya, kan?”
“Yang benar saja! Midorima
dilewatinya dengan mudah,” kata Hyuga.
“Apa Midorima
sengaja mengalah?” tanya Izuki.
“Tidak, aku yakin
Midorima pun terkejut,” jawab Kiyoshi.
Sekarang, Akiya
berhadapan dengan Kise. Seperti yang dilakukannya pada Midorima, dia menatap
Kise yang masih terkejut dengan kejadian ajaib itu. Di belakangnya,
Murasakibara, Aomine dan bahkan kakaknya sendiri pun menatapnya dengan heran
dan wajah shock mereka. Satu-persatu
dia menatap semua lawannya itu. Dan di detik berikutnya, bola basket sudah
melewati ring tanpa ada yang tahu bagaimana caranya. Akiya sudah berada di
ujung lapangan, di belakang Akashi yang sama sekali tak menggerakkan badannya.
Seluruh lapangan
terdiam. Satu-satunya suara yang terdengar hanya bunyi pantulan bola basket.
Akiya membalikkan badan dan menyeringai. Merayakan kemenangan mutlaknya dengan
anggun dan berkharisma. Tak ada yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya. Semua
tercengang, termasuk Kuroko dan Akashi yang sepertinya tak menyadari hal
seperti akan terjadi.
“A-apa yang
t-terjadi?” Momoi tergagap dan tanpa sadar, dia terduduk saking shocknya.
“S-seperti sihir,”
gumam Izuki.
“Teleportasi,” gumam
Hyuga.
“Terbang,” kata
Kagami.
“Menghilang,” bisik
Riko.
“Genjutsu, kah?”
tanya Kiyoshi.
“Kapan dia
menghilang dari hadapanku?” desah Kise.
“Tubuhku tak bisa
bergerak,” gumam Murasakibara.
“Aku tak bisa
melihatnya,” kata Aomine.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Akashi
langsung membalik badannya berhadapan langsung dengan Akiya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar