Kemudian, setelah
melakukan pemanasan, para anggota Seirin berbaris untuk mencoba melakukan service untuk pertama kalinya. Pelatih
Ukai memberikan arahan dan member yang lain beberapa kali memberi contoh.
Sejauh ini, service dari Kageyama lah
yang paling mengagumkan.
“Bolanya sangat
ringan,” komentar Hyuga saat memainkan bola voli di tangannya. Dia mendapat
kesempatan pertama untuk melakukan service.
Untuk pertama kali, dia mencoba melambungkan bolanya dan memukul dengan sangat
keras. Bola itu melambung tinggi dengan sangat cepat dan membentur dinding
dengan sangat keras tanpa menyentuh lantai. Service
out.
Akiya yang
memandang dari luar lapangan, tersenyum sambil bergumam. “Sudah kuduga, takkan
semudah kelihatannya.”
Pelatih Ukai yang
mendengar komentar Akiya, menjadi lebih waspada pada gadis itu. Dia merasa
bahwa Akiya bukan gadis biasa.
Selanjutnya,
Kagami yang akan mencoba untuk melakukan service.
Pertama, dia memantul-mantulkan bolanya ke lantai lalu memutarnya seperti yang
dilakukan Kageyama. Dia merasakan bahwa bola yang ada di tangannya ini sangat
berbeda dengan bola yang selama ini dia mainkan. Dia melambungkannya tinggi,
dan menamparnya lebih pelan dari pada yang dilakukan Hyuga. Bolanya melintas
lurus dengan kecepatan melebihi dugaan dan menabrak net. Service fail.
Kageyama menelan
ludah, “Beruntung Hinata tak memiliki kekuatan seperti itu.” Dia membayangkan
jika serve itu mengenai belakang
kepalanya. “Aku pasti mati.”
Yang ketiga,
giliran Izuki yang terlihat hendak mencoba melakukan jump serving. Dia mengambil awalan sangat jauh dari kotak lapangan.
Masih berusaha membiasakan diri dengan bola yang dipegangnya. Tak lama
kemudian, dia melambungkan bolanya tinggi dan berlari. Sebelum menyentuh garis
lapangan, dia melompat dan memukul bola itu. Tapi, karna bolanya masih terlalu
tinggi, Izuki hanya bisa menjangkau bagian bawah bola dan mengakibatkan bola
melengkung dan jauh di daerah sendiri. Service
fail again.
Sampai
seterusnya, tak ada yang bisa melakukan service dengan baik, bahkan Kiyoshi pun
out karna dia walaupun dia sudah
menampar bola dengan pelan, tetap saja bola itu melambung terlalu tinggi dan
akhirnya out.
“Sepertinya
mereka masih belum terbiasa dengan bola voli,” kata pelatih Ukai.
“Memang benar,
bola voli dan bola basket memiliki perbedaan dari segi berat dan ukurannya. Sepertinya
mustahil juga untukku bisa bermain basket,” keluh Sugawara.
Akiya berkata
sambil masih menonton dengan antusias, “Kalau begitu, mereka hanya perlu
terbiasa, kan?”
Akhirnya, tiba
giliran Kuroko.
“Baik, karna
kalian semua sudah mencoba untuk melakukan service,
sekarang…”
“Tunggu
sebentar!” seru Akiya.
“Ada apa,
Akashi-san?” tanya Sawamura.
“Masih ada yang
belum melakukan service,” jawab
Akiya.
“Ehh??” Semua
member Karasuno menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan satu orang
yang belum mencoba.
“Anoo, aku
disini!” seru Kuroko dengan bola di tangannya dan sudah berdiri di posisi service.
Semua orang
menoleh ke sumber suara, dan menemukan seorang lelaki dengan rambut light-bluenya tengah memutar-mutar bola
voli. Hinata yang berada di samping Kuroko langsung melompat mundur, diikuti
yang lain. “EHH? SEJAK KAPAN??!!”
“Aku sudah disini
sejak tadi,” jawab Kuroko polos.
“Baiklah, coba
lakukan serve!” seru pelatih Ukai
masih terkejut. ‘Aku benar-benar tak melihatnya sejak tadi, apa dia juga datang
bersama yang lain?’
Kuroko mengambil
posisi, memantulkan bolanya ke lantai, memutar-mutarnya dan bersiap melakukan serve. Dengan kekuatan biasa, dia melambungkan
bola itu ke sisi lain net dan menjadi satu-satunya serve yang berhasil sejauh ini.
Aku bisa
tersenyum sangat puas melihat service
dari Kuro-senpai. Tapi, tak ada satu pun suara selain dentuman bola voli yang
memantul ke lantai. Aku melihat sekeliling dan menemukan seluruh member
Karasuno beserta pelatih, guru dan dua manager mereka tersengang melihat serve yang baru saja dilakukan
Kuro-senpai.
“Apa itu tadi?!”
seru Kageyama dalam hati.
“Bolanya…” kata
Nishinoya.
“Menghilang…”
lanjut Hinata.
Ahh, jadi begitu.
Seseorang yang melakukan serve adalah
orang yang paling diperhatikan di dalam pertandingan. Tapi, Kuro-senpai yang sejak
tadi tidak disadari keberadaannya kemudian menjadi yang sangat diperhatikan, ternyata
berdampak pada misdirection-nya. Dia
menjadi lebih diperhatikan dari pada bolanya. Bagiku yang sudah terbiasa dengan
adanya Kuro-senpai, tidak terpengaruh hal itu dan melihat serve itu seperti serve
biasa. Namun, untuk Karasuno, sepertinya itu menjadi kejutan yang menarik.
“Tanganku sakit,”
gumam Kuro-senpai.
“Ini akan jadi
sangat menarik!” gumamku sambil menikmati suasana canggung karna yang lain
masih terkejut. Kelihatannya, aku tak perlu melakukan apa-apa untuk membalas
kekagetanku tadi. Kuro-senpai sudah melakukannya dengan sangat baik, bahkan
diluar dugaan.
Latihan voli
Seirin bersama Karasuno terus berlanjut sampai sore menjelang. Aku masih
berdiam, mengamati segala sesuatu yang bisa kudapatkan dari latihan, sampai
akhirnya paman pemilik penginapan memanggil kami untuk beristirahat karna
pemandian sudah disiapkan, dan makan malam sudah dimasak.
“Semua
berkumpul!” teriak pelatih Ukai.
Kami semua
berkumpul di pinggir lapangan sambil mengelilingi pelatih Ukai. Dia mengatakan
beberapa nasehat untuk tim Karasuno dan Seirin yang masih pemula. Aku pun
mendengarkannya dengan seksama, dan menimbang bahwa kata-katanya kurang lebih
sama dengan yang biasa diucapkan Riko-senpai. Setelah itu, kami pun bubar dan
kembali ke penginapan.
“Apa yang sedang
kau rencanakan?” tanya Kuro-senpai.
Aku memandangnya,
“Tak ada.”
Kami menjadi
sangat akrab hanya dalam beberapa jam. Tak ada yang saling canggung, dan kami
pun bercanda seperti biasa. Terlebih lagi, Karasuno memiliki anggota yang
sangat bersemangat, seperti Tanaka-san, Nishinoya-san dan Hinata-kun. Kami pun
dapat dengan cepat mengakrabkan diri.
***