‘Apa-apaan
situasi ini? Anak itu hanya seorang manager, dan dia berani memerintah kakak
kelasnya! Memang benar dia memiliki mata yang membuat orang tak bisa
membantahnya, tapi tak kusangka mereka akan dengan patuh mendengarkannya,’
gumam pelatih Ukai. “Kalau kalian ingin bermain voli, kami tak keberatan. Malah
itu akan menjadi sebuah latihan yang berguna untuk kami.”
“Kageyama, apa
menurutmu mereka bisa bermain voli?” tanya Hinata.
“Mana kutahu,”
jawab Kageyama sewot. “Tapi postur mereka benar-benar tidak main-main. Yang
paling tinggi itu mungkin sekitar 190 cm.”
“Siapa mereka?”
tanya Nishinoya, si libero yang baru saja bergabung.
“Ohh, apa mereka
anak SMA?” tanya Tanaka yang mengikuti Nishinoya.
“Mereka anggota
tim basket dari SMA Seirin,” jawab Hinata.
Setelah melihat
dengan seksama, mereka berdua menjadi terpaku dan menatap sang tamu dengan
mulut menganga. “I-ii-itu…”
“Tanaka-san, kau
tak mungkin ketakutan dengan badan mereka yang besar, kan?” ledek Hinata.
“Kawaiii…!!!”
seru mereka bersamaan, dengan mata berbinar-binar memandangi Akiya.
Hinata dan
Kageyama mendadak putus asa melihat kelakuan senpai mereka.
Setelah
berbincang dengan sang pelatih dan guru pembimbing, aku mendapat sesuatu yang
menarik untuk dilakukan selama berada di sini. Aku kembali kepada para member
dan berunding dengan mereka. “Mau melakukannya?”
“Bukankah kita
dilarang berlatih basket?” tanya Kagami-senpai.
“Pelatih melarang
bermain basket, tapi tidak melarang bermain voli,” jawabku. “Basket dan voli
adalah olahraga yang sama sekali berbeda. Aku yakin, kalian bisa belajar
sesuatu dari sini.”
“Kalau kau
berkata begitu, aku takkan membantahnya,” tukas Kuro-senpai.
Kagami-senpai
hendak protes. “Oee, Kuroko! Jangan seenaknya…”
“Aku tak bisa
hanya diam selama seminggu,” tambah Kuro-senpai menyela.
Sang kapten
menghela nafas, “Benar kata Kuroko, kita tak bisa hanya diam dan tak
menggerakkan tubuh sama sekali. Lagipula, tak ada salahnya mencoba bermain
voli.”
“Jadi, sepakat?”
tanyaku.
“Kami akan
melakukannya,” jawab Hyuga-senpai dengan mantap.
“Pelatih Ukai!”
seru sang kapten sambil berlari mendekat diikuti yang lain.
“Sebaiknya kalian
bersiap-siap, sepertinya mereka akan bermain voli bersama kita selama seminggu
ini,” kata pelatih Ukai.
“Mereka tim
basket, kan? Apa mereka bisa bermain voli?” tanya Hinata.
“Mereka mungkin
belum biasa bermain voli, tapi aku tidak menjamin mereka tak bisa melakukannya.
Apalagi manager mereka benar-benar berbahaya,”
“Apanya yang
berbahaya dari gadis semanis dia?” tanya Nishinoya.
“Manager itu,
tidak memiliki keraguan dalam matanya, dan auranya benar-benar berbeda dari
yang lain. Dia gadis yang bahkan tidak takut mengambil resiko dari
keputusannya. Dia bukan gadis biasa,”
Tanaka dan
Nishinoya menjadi lebih berbinar-binar dari sebelumnya.
“Benar-benar
senpai yang tak bisa diharapkan,” timpal Tsukishima.
“Mereka datang,
kalian harus bersikap ramah!” kata Takeda-sensei.
“Hai’!!” seru
mereka bersama-sama.
Kami pun mendekat
dan berkenalan dengan seluruh anggota tim. Tadinya aku sedikit terganggu dengan
dua orang yang terus memandangiku, tapi aku mendapat ketenangan kembali saat
kami sudah saling mengenal.
“Maaf untuk yang
tadi,” kata Kageyama. “Toss-ku
terlalu cepat dan Hinata tak bisa memukulnya dengan benar.”
“Kenapa kau
membuatnya terdengar seperti salahku, Kageyama?!” teriak Hinata.
“Itu memang
salahmu!”
“Kau melakukannya
saat aku belum siap!”
“Kau saja yang
terlalu lambat!”
“Apa kau
bilang?!!”
Aku menahan
tawaku saat melihat mereka adu mulut, persis seperti Kagami-senpai dan
Kuro-senpai. Semakin kulihat, tim ini semakin menarik. Ada anak yang paling
tinggi, berkacamata dan memiliki tatapan tidak tertarik yang aku yakin dia
adalah seorang Middle Blocker. Ada juga yang paling pendek yang memiliki
gerakan yang sangat lincah, pasti dia seorang libero. Dan tentu saja, masih
banyak yang menarik perhatianku.
“Hinata-kun, apa
kau seorang Middle Blocker?” tanyaku.
Sepertinya
pertanyaanku terdengar aneh karna semua anggota Karasuno terdiam dan menatapku
heran.
“B-ba-bagaimana
kau tahu?!” seru Hinata-kun. “Biasanya orang akan menganggapku sebagai libero
saat pertama kali bertemu.”
“Kakimu…”
Hinata-kun
melihat kakinya.
“Itu adalah kaki
yang biasa digunakan untuk melompat. Kau pasti bisa melompat sangat tinggi,”
jawabku.
“Tapi, dari semua
posisi, kenapa Middle Blocker?” tanya Kageyama-kun.
“Karna bola yang
hampir menghantamku tadi,” jawabku. “Itu adalah bola dengan kecepatan yang
mengerikan dan karna Kageyama-kun bilang dia yang melakukan toss dan Hinata-kun yang akan
memukulnya, jadi aku menyimpulkan bahwa Hinata-kun adalah Middle Blocker dan
Kageyama-kun adalah seorang Setter.”
‘Gadis ini sudah
mengetahuinya sejak awal pertemuannya dengan Hinata, sungguh pengamatan yang
mengerikan,’ gumam Ukai.
“Bisakah kalian
tunjukkan lagi, pukulan mematikan itu?” pintaku.
Sejenak, mereka
ragu sambil memandang pelatih. Namun, sang pelatih memasang wajah santai dan
memperbolehkan mereka melakukannya.
Kami mundur ke
pinggir lapangan dan melihat Kageyama-kun dan Hinata-kun bersiap-siap. Hinata
melempar bolanya di atas Kageyama dan langsung berlari. Beberapa langkah dari
net, dia melompat dan Kageyama memberikan toss
yang paling cepat, sampai aku tak bisa melihat bolanya. Yang aku tahu, bola itu
sudah memantul di dinding seberang net. Tak hanya aku, sepertinya anggota
Seirin yang lain dibuat kaget olehnya.
Masih dengan
tatapan kagum, aku mendekat. “Itu benar-benar luar biasa!”
“Iyahh, itu bukan
apa-apa,” tukas Hinata dengan wajah memerah karna malu.
“Kurang ajar
kalian, Kageyama, Hinata!!” gumam Nishinoya.
“Beraninya kalian
pamer di depan Aki-chan!!” Tanaka juga berang.
“Kalian berdua,
berhenti menggoda manager tim lain!” kata Sawamura tegas. “Apa kalian tak takut
mengganggu manager tim yang berisi orang-orang seperti mereka?” Sawamura
melirik Kagami.
Nishinoya dan
Tanaka terdiam.
“Apa kalian bisa
mengajari tim kami bermain voli?” tanyaku.
“Kami akan
berusaha,” jawab Sawamura-san.
“Kalau begitu,
aku serahkan mereka pada kalian,” kataku sambil kembali menggendong si No. 2.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar