Senin, 06 April 2015

Kuroko no Basuke vs Haikyuu : Seirin vs Karasuno Part 1


“Cukup untuk hari ini, istirahat lima menit lalu berkumpul sebelum kembali ke ruang klub!” teriak pelatih Riko di hari terakhir sekolah sebelum masuk liburan musim panas. Dia menghampiriku yang tengah mengamati jadwal liburan kami.
“Otsukaree!!” seruku.
“Otsukare!” balas Riko-senpai. “Bagaimana, Aki-chan?”
“Tak ada masalah,” jawabku. “Aku juga sudah memperhitungkan waktu latihan kita sebelum Winter Cup dimulai. Dan beberapa hari libur sepertinya cukup efektif untuk memulihkan tenaga.”
“Aku juga berpikir untuk memberi mereka libur,”
“Aku ada ide,” kataku sambil terkekeh membayangkan betapa menyenangkannya ideku.
Para pemain pun kembali dari istirahat mereka dan mulai berkumpul di sekeliling pelatih dan aku. Sang kapten meminta jadwal yang sudah kususun dan mencermatinya. Melihat tak ada masalah, dia mengembalikannya padaku sambil tersenyum.
“Eh-heem!” Riko-senpai berdeham dengan keras. “Ada sesuatu yang ingin kurundingkan.”
Kiyoshi-senpai menyahut, “Ada apa, Riko?”
“Ini tentang liburan kalian,” jawab sang pelatih. “Aku dan Aki-chan sudah membicarakan ini, dan kami memutuskan untuk memberi kalian waktu seminggu untuk libur.”
“Seminggu? Apa itu tidak terlalu lama?” tanya Kagami-senpai.
“Malah seharusnya lebih lama dari itu,” tukasku.
“Kenapa? Kami sama sekali tak terbebani dengan semua latihan selama ini,” sahut Kagami-senpai lagi.
Aku menghela nafas. “Seorang atlet menjaga tubuh mereka tetap segar dan pertandingan Interhigh kemarin membuat tubuh kalian melemah jauh dari yang kuperkirakan. Pada dasarnya, itu tidak mempengaruhi angka statistic yang dilihat pelatih pada tubuh kalian, namun kelemahan itu akan terlihat jika terus menerus dipaksa. Sama seperti sebongkah batu yang akan hancur jika terus menerus di tetesi air. Kita perlu melapisi kembali batu itu sebelum menerima tetesan air lagi. Aku sudah banyak melihat atlet berbakat yang gagal karena mengabaikan tubuh mereka.”
“Jadi, liburan seperti apa yang harus kami lakukan?” tanya Hyuga-senpai.
“Kita akan melakukan perjalanan wisata, dan selama seminggu, kalian dilarang bermain basket,” jawab Riko-senpai.
“Kemana?” tanya Koganei.
“Gunung,” jawabku.


Keesokan harinya, seluruh anggota klub basket Seirin sudah berkumpul di depan gedung sekolah. Kuro-senpai menggendong si No. 2 di kepalanya karna dia terlalu berisik saat ditinggal.
“Oee, kau mau membawanya?” tanya Kagami-senpai dari kejauhan.
“Kau tak perlu sembunyi sejauh itu, Kagami-kun.”
“Kuroko, kuhajar kau!!” teriak Kagami-senpai saat Kuro-senpai mendekatinya.
“Semuanya sudah disini?!” seru Hyuga-senpai.
“Bagaimana dengan pelatih?” tanya Kiyoshi-senpai yang menyadari bahwa Riko-senpai belum datang.
“Riko-senpai akan menyusul kita besok lusa. Dia ada urusan yang harus diselesaikan,” jawabku.
Tiba-tiba, semuanya menghembuskan nafas lega yang aku tak tahu karna apa.
“Setidaknya, kita selamat dari masakan pelatih,” dengus Koga-senpai.
“Apa masakannya semengerikan itu?” tanyaku.
“Masakannya bisa membunuhmu hanya dengan sekali suapan,” tukas Izuki-senpai.
“Dia akan sedih kalau mendengarnya,” timpalku. “Jangan khawatir, makanan kita disiapkan sendiri oleh pemilik penginapan.”
Akhirnya, setelah anak kelas satu yang terakhir datang, kami segera berangkat. Aku duduk di bangku paling depan bersama Kuro-senpai karna No. 2 yang kugendong menjadi sangat gaduh saat jauh dari Kuro-senpai. Dan Kagami-senpai, berada jauh di belakang karna tak mau dekat-dekat No. 2.
“Kagami-senpai, sebenarnya apa yang dia takutkan dari makhluk ini?” gumamku sambil mengelus No. 2 yang sedang tidur pulas di pangkuanku.
“Anoo, kita sebenarnya mau kemana?” tanya Kuro-senpai.
“Gunung,” jawabku singkat.
Dua jam kemudian, kami sampai di depan sebuah penginapan tradisional yang jauh dari kerumunan kota. Sejauh yang bisa dilihat adalah lebatnya pepohonan dan jalan setapak menuju dataran yang lebih tinggi. Kami langsung membongkar barang-barang kami di kamar masing-masing. Kegiatan hari ini adalah bersantai, jadi seluruh member bebas melakukan apa yang mereka mau.
Setelah selesai membongkar barang-barang, No. 2 langsung menggonggong, meminta diajak jalan-jalan.
“Baiklah, ayo kita jalan-jalan!” seruku sambil berlari ke halaman diikuti No. 2.
Di halaman, aku melihat Kuro-senpai, bersama anggota yang lain sedang melihat-lihat sekitar.
“Bukankah itu gedung olahraga?” gumam Izuki-senpai.
“Ingin melihatnya?” tanyaku sambil menggendong No. 2 dan Kagami-senpai langsung melompat beberapa meter ke belakang.
Aku berjalan mendahului mereka. Semakin dekat, semakin terdengar suara berisik dari dalam gedung. Tak salah lagi, pasti ada beberapa orang sedang menggunakan gedung ini. Kelihatannya, ini akan jadi menarik. Aku berdiri di depan pintu masuknya, dan membukanya dengan sekali hentakan.
“Permisiii…!!!” seruku dengan senyum merekah dan No. 2 yang masih berada di atas kepalaku. Seketika itu juga, sebuah bola melesat tepat di samping pipiku dan menabrak dinding. Anginnya menyibakkan rambut merahku yang tergerai. Senyumku langsung beku saat itu juga. No. 2 bahkan menjadi sangat lemas dan Kuro-senpai berlari dari belakangku.
“Aki-chan, kau tak apa?” tanyanya cemas.
Akhirnya aku menemukan kembali kesadaranku. “Iyaahhh, kagetnya!!! No. 2, sampai lemas.”
“Ada apa?” tanya Hyuga-senpai yang baru sampai, dan yang lain mengikuti di belakangnya.
Kemudian, dua orang anak yang kelihatannya seumuran dengan kami menghampiriku. Yang sangat pendek dengan rambut orange acak-acakan dan yang satu lagi berambut hitam lurus dan cukup tinggi, namun matanya terlihat tajam.
“Maafkan, kami!” seru mereka berdua sambil membungkuk bersamaan di depanku.
“Tak apa, itu tidak mengenaiku!” tukasku sambil menurunkan No. 2 dan kuberikan pada Kuro-senpai. Setelah kuperhatikan lagi, ternyata bola yang hampir menghantamku adalah bola voli. “Kalian berlatih voli?”
Mereka berdua kembali menghadapku dan saat itu juga, seluruh member Seirin masuk ke dalam gedung. Kegiatan latihan pun terhenti melihat kedatangan kami. Seakan terkejut dengan yang mereka lihat, mata mereka membelalak.
“Perkenalkan, kami klub basket Seirin!” kataku. “Kami juga menginap di penginapan ini, yoroshiku onegaishimasu!!”



‘Tinggi sekali mereka!’ gumam Hinata.



Seorang lelaki dewasa yang kemungkinan adalah pelatih mereka, mendekat padaku dan berdiri beberapa meter di depanku. “Kami dari klub voli Karasuno, selamat datang! Aku pelatih mereka, Ukai.”
Aku melangkah dan menjabat tangannya dengan formal. Di sampingnya, berdiri seorang lelaku lagi yang terlihat tidak atletis.
“Guru pembimbing, Takeda!” sapanya.
Aku pun menjabatnya. Kemudian, Hyuga senpai memperkenalkan diri sebagai kapten. Dan kami pun berkenalan secara formal. “Manager, Akashi Akiya!”, “Kapten, Hyuga Junpei!”
“Aku tidak melihat pelatih kalian,” tukas Takeda-sensei.
“Maaf, pelatih kami tidak bisa hadir hari ini. Tapi, dia akan menyusul dua hari lagi,” jawabku.
“Tapi, gedung ini tidak bisa dipakai untuk berlatih basket dan voli sekaligus,” kata pelatih Ukai.

“Tak apa-apa, kami takkan berlatih basket,” ucapku kepada pelatih Ukai, lalu beralih pada para anggota Seirin. “Jika kalian ingin bermain, cobalah bermain voli!”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar