Jumat, 22 Mei 2015

Kuroko no Basuke vs Haikyuu : Seirin vs Karasuno Part 5


Setelah menghabiskan makan malamnya, Akiya mendadak diam. Dia memperhatikan sekeliling dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
“Pelatih Ukai!” panggilnya.
Pelatih Ukai langsung menoleh dan seisi ruangan membisu. Semua mata tertuju pada Akiya. Dia mengangkat sebuah garpu dan mengacungkannya kepada pelatih Ukai yang berada di hadapannya.
“Nee, ayo kita bertanding!” ucapnya dengan sorot mata sadis dan seringai meremehkan.
‘Ini dia!’ pikir Hyuga. ‘Akashi’s yandere mode! Kali ini apa yang dia rencanakan?’
“Tiba-tiba saja, aku ingin bermain basket. Jadi, bagaimana kalau kita bertaruh pada sebuah pertandingan. Seirin lawan Karasuno!’ kata Akiya.
Pelatih Ukai masih terlalu terkejut dengan perubahan raut wajah Akiya, dari yang tadinya ceria, ramah, dan pribadi yang menyenangkan tiba-tiba menjadi sadis dan menakutkan. Hanya dengan melihat matanya, pelatih Ukai tidak bisa mengeluarkan suara.
“Pertandingan voli, jika kami menang, kami akan menggunakan gedung olahraga itu untuk bermain basket, tapi jika kalian yang menang, kalian yang menentukan hukuman kami!”
‘Voli? Apa dia sudah gila? Kami tak bisa bermain voli!!’ pikir Kagami.
‘Apa yang dia rencanakan?! Aku ingin menghentikannya, tapi tenggorokanku tercekik. Sial, dia ingin mempermainkan kami!’ seru Hyuga dalam hati.
“Kalau kau ingin menggunakan lapangan, kami bisa meminjamkannya, (Kagami : Bodoh! Dia tidak sedang bicara padamu! Cari mati, ya?!) tak perlu melakukan pertandingan segala. Sungguh, merepotkan! (Izuki : Kuroko, cepat katakan sesuatu! Dalam keadaan seperti ini, hanya kau yang bisa mengendalikannya),” tukas Tsukishima yang duduk di samping Sugawara dengan malas.
Belum sempat Tsukishima mengatupkan bibirnya, dia langsung terhentak dan jatuh ke belakang. Akiya sama sekali tidak menoleh pada Tsukishima, tapi tangan kanannya merentang tepat di depan wajah Sugawara dan sebuah garpu terlihat menancap di dinding. Tsukishima berhenti bernafas saat menyadari apa yang baru saja terjadi, Akiya melemparkan garpunya ke arah Tsukishima.
“Diam! Aku tidak sedang bicara denganmu!” kata Akiya di tengah kesunyian yang dibuatnya. “Meminjam katamu? Siapa yang mau melakukan hal membosankan seperti itu?! Bukankah lebih menyenangkan jika aku bisa merebutnya?”
‘Aki-chan, menakutkan!’ pikir Hinata. ‘Bahkan Kageyama sama sekali tak ada apa-apanya.’
‘Dia bukan hanya gadis yang tak biasa, tapi manusia yang sangat menakutkan! Sial, aku tak berani mengeluarkan suara!’ pikir pelatih Ukai. ‘Benar-benar aura yang mengerikan!’
Kagami sedang mengingat-ingat sesuatu. ‘Sepertinya, ini bukan yang pertama kali. Aku pernah hampir ditikam Akashi menggunakan gunting. Tapi, waktu itu Akashi sudah tahu kalau aku akan menghindar, sedangkan Akiya, dia bahkan tidak melihat Tsukishima. Apa dia hanya berniat melempar ke arah Tsukishima? Tidak, dia tahu. Dia bisa memperkirakan lemparan yang dia lakukan agar tidak mengenai Tsukishima. Itu artinya, dia bukan sekedar gadis dengan daya analisis tinggi, tapi juga seorang atlet yang bahkan bisa melebihi Kiseki no Sedai.’
Akiya menghela nafas dalam, dan akhirnya ketegangan pun berkurang. Suasana menjadi lebih tenang karena aura yang menyelimuti ruangan perlahan mulai kembali seperti semula. Tekanan yang tadi menyekik, kini menghilang seiring ketenangan Akiya yang mulai nampak. Semua orang yang berada di ruangan itu dapat kembali bernafas dengan lega kecuali Tsukishima yang masih shock dengan yang terjadi padanya.
“Apa yang baru saja terjadi?” tanya Tanaka memecah keheningan untuk pertama kali.
Yang lain pun mulai menemukan suara mereka kembali. Sugawara langsung menenangkan Tsukishima yang ada di sampingnya. Keributan mulai terdengar kembali, sementara Akiya menunduk dengan tangan memegangi dahi.
“Oee, Akiya! Apa yang baru saja terjadi? Jelaskan semuanya!!” seru Hyuga.
“Nee, Akiya!! Apa yang sedang kau rencanakan? Cepat beritahu kami!” teriak Izuki.
“Apa kau pikir kami mau menurutimu begitu saja! Jangan seenaknya!!” bentak Kagami.
Semua member Seirin melayangkan protes dan membentaki Akiya, kecuali Kuroko yang tetap diam mengamati di sampingnya. Akiya sendiri tidak menjawab dan masih tertunduk menatap lantai dengan tangan menutupi dahi dan nafas yang tersengal-sengal. Beberapa detik kemudian, perlahan dia mendongak dengan wajah pucatnya.
“Siapa bilang kalian tak bisa bermain voli? Siapa bilang kalian tak bisa bermain basket? Semua orang boleh bermain, dan sudah kubilang kalian akan mendapatkan sesuatu jika melakukan hal yang belum pernah kalian lakukan,” kata Akiya yang langsung berdiri dan berjalan ke pintu. “Kau boleh membenciku, Hyuga-senpai. Tapi, asal tahu saja, di hari ketika aku menyutujui untuk menjadi manager tim ini, aku sudah memutuskan untuk mendukung tim ini sepenuhnya. Termasuk melawan kakakku sendiri.”
Hyuga terpaku menatap pintu setelah Akiya menghilang di baliknya. Dia memandangi seluruh member Seirin dan mengeluh. “Setelah apa yang dilakukannya, kenapa jadi aku yang merasa bersalah?”
“Apakah itu yang kau maksud dengan ‘gadis paling menakutkan’, Izuki-san?” tanya Nishinoya.
“Itu salah satunya. Sial, aku bahkan lupa kalau dia bisa mengalahkan seluruh Kiseki no Sedai sendirian,” kata Izuki.
“Kiseki no Sedai yang kau ceritakan itu?!” seru Hinata bersemangat.
“Ya, dia mengalahkannya dalam tanding basket, five-on-one,” jawab Kiyoshi. (Tanaka – Nishinoya : Tak mungkin!!!)
“Tapi ngomong-ngomong, Tsukishima terlihat sangat terkejut. Lihat, dia masih kelihatan pucat,” timpal Azumane.
Tsukishima tertunduk sambil diselimuti aura ketakutan di sekelilingnya. Yamaguchi dan Sugawara masih berusaha menenangkannya. Kageyama melihatnya dengan raut wajah senang.
“Oee, Kageyama! Kenapa kau senyum-senyum?” tanya Sawamura.
Kageyama yang kaget, langsung mengatur ulang mimic wajanya. “Tidak ada apa-apa,” jawabnya sambil memalingkan wajah senangnya.
“Nee, Kapten Seirin!” panggil pelatih Ukai. “Ada sesuatu yang ingin kutanyakan.”
Sang kapten dan seluruh member menoleh ke pelatih Ukai.
“Gadis itu, apa dia pernah melakukan hal ini sebelumnya?” tanya pelatih Ukai.
“Tidak, belum pernah yang seperti ini,” jawab kapten Seirin. “Kami juga terkejut.”
Pelatih Ukai menunjukkan wajah serius. “Lalu bagaimana menurut kalian tindakannya barusan?”
“Aku tak tahu bagaimana menjawabnya,” jawab Hyuga.
Kagami berdeham, “Meskipun kami tahu bagaimana mengerikannya aura Akiya, kami tak menyangka dia bisa melakukan sesuatu yang lebih menakutkan dari orang itu.”
“Orang itu?” tanya Kageyama.
“Akashi Seijurou, kakaknya Akiya,” jawab Izuki.
“Aku mendengar cerita tentangnya. Apa hubungan mereka tidak baik?” tanya pelatih Ukai.
“Kami hanya tahu kalau Akiya membenci kakaknya, selebihnya, dia tak pernah membahasnya,” jawab Kiyoshi. “Kuroko, kau tahu sesuatu? Are??”
Kiyoshi dan yang lain menoleh ke tempat duduk Kuroko, tapi tak menemukannya.
“Anak itu, lagi-lagi menghilang seenaknya!” keluh Hyuga.
“Pokoknya, pasti ada sesuatu dibalik apa yang dia katakan. Kenapa kita tak mencobanya?” saran pelatih Ukai.
“Aku setuju, lagipula taruhannya tidak begitu membebani tim. Tenang saja, kami takkan memberi hukuman yang sulit,” ucap Sawamura.
“Heehh?!!” ledek Hyuga. “Apa kalian yakin bisa menang?”
“Kami takkan kalah dari pemula!!” seru Tanaka.
“Itu benar!” timpal Nishinoya. “Apa yang membuat kalian berpikir bisa mengalahkan kami?”
“Akiya!” jawab Kagami. “Selama kami punya Akiya, kami tak bisa dikalahkan dengan mudah.”
“Ehh, sangat percaya diri rupanya,” tukas Kageyama. “Kalau begitu kami akan melawan dengan serius (Sugawara : Oee, kalian! Tidakkah sebaiknya kalian khawatirkan Tsukishima dulu. Dia bahkan tak bisa mengangkat wajahnya)!”
“Jadi, sudah diputuskan!” kata Hyuga. “Kita akan melakukan pertandingan voli untuk memperebutkan hak lapangan!”
“Yoroshiku!” kata Sawamura sambil berjabat tangan dengan kapten Seirin.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar